Tiga Ninja FLP SUMUT

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh... Bersiaplah untuk menggoreskan pena, lalu merubah dunia untuk lebih baik

GELAS GELAS KACA

Selamat datang di Blog saya, semoga tulisan-tulisan ini dapat menambah wawasan untuk lebih mengetahui berbagai hal.

Keindahan Alam dan Jiwa

Alam dan jiwa kita adalah satu, keindahan alam akan terpancar melalui jiwa-jiwa penghuninya.

Meminta Maaf dan Memaafkan

Mengakui kesalahan lalu meminta maaf adalah suatu perbuatan yang mulia, tetapi alangkah lebih mulia lagi bagi orang yang mau memaafkan sebelum orang lain meminta maaf, sekalipun terhadap yang jauh lebih muda dari kita.

Salam Kenal dan Terima Kasih

Salam kenal dari saya, semoga bermanfaat. Terima Kasih Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Sabtu, 17 November 2012

JERITAN PALESTINA


Untuk negeri-negeri merdeka

Kawan
Pernahkah kau lihat negeri yang penuh butiran peluru senapan di dadanya,
Darah dan nanah menjadi sungainya,
Mayat mayat menjadi penghuninya,
Jeritan dan airmata sebagai hiburan di setiap waktu?

pernahkah kau mendengar kisah tentang Mahanazi
atau pernahkah kau menyaksikan sebuah film yang sangat kejam dan berani memenggal kepala anak-anak tak berdosa?
Mungkin kau akan takut menyaksikannya,
Mungkin kau akan mual membayangkannya,
Atau mungkin kau hanya akan sekedar pilu dan meneteskan airmata.

Kawan
Ini bukanlah sebuah sejarah masa lalu
Ini realita yang masih ada sampai sekarang, sampai terakhir kali kau membaca puisi ini.
Para zionis yang telah kehilangan tempat berusaha merebut kekuasaan negeri para Nabi
Setelah lebih delapan abad nenek moyang mereka meninggalkan sisa penghianatannya di sini
dan mereka ingin kembali dengan wajah yang tak dikenali dan tak mengenali apapun di negeri ini.


Tak peduli pada lelaki atau perempuan
Tak peduli pada orang dewasa atau balita
Tak peduli pada sebuah HAM atau jeritan meminta ampunan
Tak peduli ketika bekerja atau sedang beribadah
Tak peduli sedang terjaga atau sedang terlelap tidur
Tak peduli siang atau malam,
Zionis Israel lakukan tindakan yang lebih dari pada sifat buas binatang.



Wajah, jeritan, dan tangisan mereka adalah doa yang terus menerus mengalir untuk menantikan sebuah jawaban dari saudara-saudaranya yang telah merdeka
Darah, luka terus menganga menantikan hujan yang basah di negerinya


Tank, rudal, pesawat tempur, tak habis-habisnya menjemput puluhan, ratusan, ribuan nyawa di negeri ini
Dimana kata merdeka
Dimana para saudara
Dimana letak keadilan yang terus dikumandangkan oleh dunia
Jika tangan, kaki, tubuh, kepala, dan kebebasan selalu dipenggal











November 2012

Minggu, 07 Oktober 2012

CATATAN (SISWA ADALAH ANAKKU)


Kebaikan yang dilakukan tanpa mengharap sesuatu apapun pasti akan mendapatkan kebahagiaan tersendiri. Aku sering bingung setiap kali akan berangkat dari rumah menuju sekolah, untuk perbekalan yang sudah dipersiapkan apakah sudah cukup atau justru belum matang. Jujur saja, tidak banyak yang kupersiapkan setiap kali akan mengajari murid-muridku. Tapi setiap kali pulang sekolah, selalu ada tersisa kegembiraan dari pertemuan di hari itu, yang membuat berat hati untuk membiarkan anak-anak pulang dan kembali ke rumah. Rasanya ingin terus bersama mereka, dan selalu merindukan mereka setiap kali pulang sekolah. Jika hari itu ada amarah yang membuncak dariku karena kesalahan atau ketidak-sabaranku dalam mengajar, acap kali itu menjadi penyesalan yang sangat membuatku akan terus memikirkannya setiap kali sampai ke rumah. Ini merupakan suatu keindahan bagiku ketika aku telah memutuskan memilih untuk menjadi guru.

Ada banyak kegembiraan yang dapat melalaikanku dari dunia luar yang selama ini mungkin telah memikatku atau dunia yang mudah menggodaiku dengan keindahan dan ketertarikan atas diriku yang dulu. Karena ada banyak hal yang telah membuat aku jatuh cinta untuk terus berada di sekolah bersama anak-anak murid. Ternyata aku sangat menyukai anak kecil bukan karena mereka lucu, bukan karena mereka polos. Tapi karena mereka sangat jujur untuk mengungkapkan hal-hal yang mereka amati. Ini yang membuatku akan terus berhati-hati dalam bersikap, karena ternyata setiap guru bagi mereka adalah idola, adalah contoh, adalah orang yang paling sempurna. Maka, kebahagiaanku selanjutnya adalah kesiapanku sebagai idola.

Kebahagiaan yang selanjutnya adalah rasa haru. Seringkali aku terharu dan ingin meneteskan air mata di hadapan murid-muridku. Karena setiap apa yang aku ajarkan, apa yang aku berikan, dan apa saja yang aku contohkan selalu berbuah manis. Contohnya saja, beberapa hari yang lalu aku membuat sebuah game klasikal secara spontan, aku mengambil bola lalu melemparkan dan harus ditangkap, ternyata dalam catatan harian mereka permainan itu sangat berbekas dan sangat disukai. Lalu keesokan harinya aku bingung ingin memberikan gema klasikal apalagi, dan mereka meminta untuk bermain game yang sama seperti kemarin (bagiku itu akan menimbulkan kebosanan untuk mereka), lalu secara spontan kuberikan sebuah permainan yang sebenarnya sangat tidak menarik tapi setelah kubaca di catatan harian mereka itu menjadi menarik karena semangat penyampaianku, ini sungguh hal yang mengharukan ketika aku membaca “terima kasih buya”, aku membayangkan wajah mereka mengucapkan itu. Lalu beberapa hari setelahnya, aku membuat sebuah yel-yel baru dalam bahasa arab untuk mereka. Ketika aku menuliskan yel-yel tersebut di papan tulis dan mencontohkannya, mereka kelihatan kurang semangat dan mengeluh kepanjangan, hingga akhirnya membuat aku sedikit kecewa dan kurang semangat (tapi karena sudah kutuliskan, maka aku tak ingin berputus asa). Setelah keesokan harinya, saat guru bahasa arab masuk dan memberikan klasikal , lalu bertanya kabar dalam bahasa arab, mereka secara serentak dan sangat bersemangat mengucapkan yel-yel yang baru diajarkan kemarin. Ini membuat bulu kudukku merinding dan benar-benar tak bisa ditahan membuat mataku berkaca-kaca, tambah lagi gurunya bertanya siapa yang mengajarkan dan mereka serentak menjawab dan menunjuk ke arahku “BUYA.....”

AKU ADALAH GURU


Mungkin bagi sebagian orang mengajar itu adalah pekerjaan yang paling sulit. Apalagi kalau katanya mengajar anak SD, paling susah lah, ribet lah, pokoknya ada aja alasan untuk kesulitan mengajar SD. Hm,, tapi kurasa mengajar itu pekerjaan yang menyenangkan.

Ok deh, sedikit kita lirik ke belakang mengenai pilihan mengajar. Kalau diteliti lebih mendasar, aku lebih memilih melakoni dunia seni daripada dunia nyata (eh, maksudnya dunia kerja lainnya). Karena sejak kecil aku sudah menggeluti dunia itu, mulai dari pernah menjadi salah satu anggota tari tradisional pesisir (Sikambang) di kotaku, mengikuti kegiatan ekskul nasyid, belajar vokal dengan adik ayah yang memang suaranya sudah dikenal seantero kota, sangat menyukai dunia kepenyairan (mengikuti lomba cipta puisi, walau gak pernah menang. Mengikuti lomba baca puisi, walau gak pernah juara satu), ikut belajar tilawah Al-Qur’an (alhamdulillah pernah mendapat juara dua tingkat sekolah, kemudian mengikuti MTQ tingkat kota dan mendapat juara satu). Sampai akhirnya ketika kelas dua Aliyah, seorang guru geografi yang kebetulan juga sebagai wali kelas adikku di salah satu SMP Negeri di kotaku memberikan saran agar kelak aku menjadi guru. APA??? (otakku keplinter kawat, wajahku kebalik 180 derajat).

Benar-benar perubahan yang memutar-balikkan cara berpikirku. Kurasa menjadi guru itu bukan sesuatu yang mudah, saat itu aku berpikir untuk menjadi guru bukanlah pekerjaan yang menjanjikan kemapanan, juga bukan profesi yang menjanjikan masa depan cemerlang, apa lagi ketenaran. Huffft...... benar-benar menyiksa batinku. Guru itu pekerjaan yang tidak seimbang, antara modal dengan keuntungan. Sebab untuk menjadi guru terlalu banyak tuntutan yang harus dipenuhi, mulai dari kemauan pemimpin di sekolah, kemauan anak murid yang berbeda-beda karakter, tambah lagi kemauan orang tua/wali murid yang maunya lebih parah dari kemauan pemimpin dan murid, bahkan melebihi kemauan kita sebagai seorang guru yang sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk kebutuhan mengajar. Pertimbangan seperti ini yang akhirnya membuatku sedikit depresi dan rasanya ingin berontak. Tapi, ini adalah skenario yang telah ditentukan oleh Sang Pembuat skenario sesungguhnya. Sebelum menamatkan studi di Aliyah, kedua orang tuaku justru sudah dipanggil-Nya. Kurasa ini adalah cara terbaik agar aku memilih jalan yang sudah ditentukan, tanpa harus membantah dan harus mengikuti alurnya.

***
Maka aku putuskan untuk memilih kuliah di bidang keguruan, untuk memilih ini pun aku sedikit memaksa untuk kuliah ke Medan. Walau dengan biaya seadanya dan uang pas-pasan, tapi aku selalu tanamkan apa yang pernah disampaikan kepala sekolah ketika apel pagi bahwa, “Allah telah menentukan rezeki setiap manusia seperti keran air. Semakin besar kebutuhan kita maka kerannya semakin dibesarkan sesuai dengan kebutuhan, jadi jangan pernah takut untuk berkebutuhan yang besar karena Allah pasti akan semakin memutar keran milik kita.”
Memilih jurusan yang terbaik di bidang ini pun selalu kurembukkan dengan keluarga, bertanya pada orang-orang yang sudah berpengalaman, sampai akhirnya aku memilih jurusan pendidikan matematika.

***
Sekarang setelah semua kujalani, semenjak kuliah sudah mencoba mengajar di SD untuk perbekalan selanjutnya. Alhamdulillah, setelah selesai kuliah langsung mengajar di sebuah sekolah yang memang bisa menutupi segala kebutuhanku. Baik materi maupun secara rohani.
Ternyata mengajar itu, terutama di SD tidak seburuk yang kupikirkan selama ini. Aku punya prinsip bahwa “setiap kebaikan yang kita lakukan pasti akan mendapat kebaikan pula, tapi tidak mengharapkan kebaikan itu selalu datang semau kita.”

Senin, 17 September 2012

HIJAU

Bicara pada angin ""sampaikan salamku ini padanya".
maka daun-daun luruh di aspal jalanan raya
kuning dan biru menjadi perpaduan yang satu, sehingga sering di sebut hijau.

Menunggu hujan sama seperti menunggu salamku yang tak kunjung terjawab,
maka fatamorgana berlari-lari mengejar mimpi
dan dahaga berubah menjadi kucuran keringat di baju berwarna hijau.


Menunggu sepi, seperti yang sering kita lakukan
di pinggiran telaga belakang rumah
hingga permukaan airnya kembali tenang
lalu kita usik dengan lemparan senyum ke arah pertemuan
dan, air yang paling kita sukai adalah yang berwarna hijau.

maka kunyanyikan sebuah lagu
yang bercerita tentang lima balon kesayangan
kurasa akan terus kita nyanyikan sampai ke anak-cucu nanti,
selamanya, yang meletus adalah balon hijau

Dan...

2012

Rabu, 11 Juli 2012

Tadarus Sastra FLP Sumut 2012



Tadarus Sastra: Ayo jadi Penulis !!!

Dalam menyemarakkan Ramadhan kali ini (1433 H), FLP mengadakan Workshop Penulisan Kreatif selama 5 hari, dan dilaksanakan dalam dua gelombang. (Gelombang I 24-28 Juli 2012 & Gelombang II 30 Juli-3 Agustus 2012)
...
Cara daftarnya mudah. Via SMS, ketik: Daftar (Nama) (Usia) (Kelas Menulis) (Gel I/ II) (Pagi/Sore)
Kirim ke nomor kontak yang tersedia. Pendaftaran Terakhir 16 JULI 2012.

Pilihan Kelas Penulisan:
1. Cerpen
2. Puisi
3. Opini
4. Resensi

Pilihan Waktu:
1. Pagi 8.30-11.00 WIB
2. Sore 15.00-17.30 WIB

Biaya Pendaftaran perkelas Rp. 80 ribu. Dan dapatkan diskon 25%* untuk pengambilan lebih dari 1 kelas Penulisan.

Sekretariat FLP Sumatera Utara:
Rumah Cahaya Jl. Sei Deli Gg. Sauh No. 18 Y, Medan Petisah. (dekat STIE IBBI)

Contact Person:
Ririn 0852 7016 5789
Cipta 0819 6041 898
Lia 0813 7564 8942
Fadly 0878 6913 2899

NB:
- Maksimal 10 orang perkelas.
- Jika ada 10 orang yang berasal dari 1 instansi/Universitas/Sekolah, tempat pelatihan dapat didiskusikan.

Cara daftarnya muda...h. Via SMS, ketik: Daftar (Nama) (Usia) (Kelas Menulis) (Gel I/ II) (Pagi/Sore)


*Berlaku untuk kelas berikutnyaSee More


Perekrutan Angkatan V FLP Sumut 2012



  • Angkatan V FLP Sumatera Utara (Rekrutmen)


    Ini dia kabar yang kamu tunggu-tunggu. Kabar gembira buat kamu-kamu yang ngaku hobi Baca dan Tulis-menulis. Forum Lingkar Pena wilayah Sumatera utara akan segera menyelenggarakan “Audisi Penulis dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara.“

    Acara ini bertujuan untuk merekrut penulis-penulis muda yang ingin melejitkan kemampuan menulisnya secara kekeluargaan yang nantinya akan tergabung menjadi angkatan V FLP-SU. Jadi, audisi ini tak terbatas hanya bagi kalangan penulis, karena bagi kamu yang baru berniat ingin mencoba menulis boleh ikutan juga, dijamin bakal lebih banyak manfaatnya. Bagi yang tulisannya bahkan sudah pernah terbit di Koran-koran, juga boleh ikutan. FLP Sumatera Utara terbuka untuk semua.

    Nah, untuk persyaratan adalah sebagai berikut: ^_^
    1. Sebarkan informasi ini dalam bentuk Catatan/Notes lalu tag ke 20 teman Facebookmu, dimana salah satunya adalah akun Facebook FLP Sumut
    2. Mengisi formulir pendaftaran. (Silahkan unduh di sini Formulir FLPSU)
    3. Membayar biaya administrasi sebesar Rp. 15.000,-
    4. Fotocopy Identitas Diri (KTP, KTM, atau KTS(Kartu Tanda Siswa))
    5. Menyerahkan pasfoto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar (disarankan yang warna)
    6. Melampirkan print-out karya tulis pribadi (artikel, opini, resensi, esai, cerpen, puisi (khusus pusi min. 3 judul), cerita anak, dll.)
    7. Dimasukkan dalam Map Biru untuk laki-laki dan Map Merah untuk perempuan.

    Berkas pendaftaran kemudian dapat diserahkan kepada pihak panitia Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara d.a Rumah Cahaya Jl. Sei Deli Gg. Sauh no 18Y, Medan Petisah (belakang kampus STIE IBBI). Disarankan agar konfirmasi kedatangan sebelumnya ke Humas FLP Sumatera Utara.

    Nah, Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara akan di selenggarakan dalam 2 (dua) tahap. Berikut jadwalnya.
    Jadwal Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V
    FLP Sumatera Utara.
    Tahap I
    Pembukaan Pendaftaran 1 Juli s.d 31 Agustus 2012
    Pengembalian Berkas Pendaftaran
    (paling lambat) 31 Agustus 2012
    Tes Tulis & Wawancara Minggu, 9 September 2012
    Pengumuman hasil tes tulis dan wawancara 16 September 2012

    Tahap II
    Registrasi Ulang dan pertemuan perdana 30 September 2012
    Writing Training (Magang) 7 oktober 2012
    Pengumuman hasil akhir (Inagurasi) 13 Januari 2013

    Untuk pengiriman berkas pendaftaran online, juga diperbolehkan. Silahkan lampirkan formulir pendaftaran beserta soft-copy tulisan pribadi, lalu kirim ke flpsuofficial@gmail.com . Sementara Uang pendaftaran, Fotocopy Identitas Diri, Pasfoto dan Print-out tulisan dapat dibawa pada saat Tes Tulis & Wawancara dilaksanakan pada tanggal 9 September 2012, Minggu.

    info lengkap, klik:
    http://flpsu-medan.blogspot.com/2012/05/audisi-penulis-dan-penerimaan-anggota.html

Senin, 02 Juli 2012

KESEPIAN SEPI


Lantaran untuk menyebut namamu saja pun aku telah kaku, kini aku sudah tak mampu melukismu di benak. Ah, kurasa kau pun sudah tak ingin lagi kutulis dengan kerinduan. Tapi aku masih merindukanmu! "Rindukan saja" pasti itu yang ingin kau jawab. Hahaha... aku terlalu jauh bermain rindu, sedang kini kau telah jauh berlabuh di ujung lautan luas. Oi... aku masih di bibir pantai bermain ombak.


Ombak,
datanglah padaku membawa sebungkus obat rindu
aku telah menunggu sejak ia menjauh
sampai kini,
sampai aku telah abu dan menjadi pepasir
datanglah padaku melalui angin, melalui badai, melalui jantung
melalui hati.
rindu 


Lantas, puisiku selalu saja tersapu olehnya. Engkau, oh engkau. yang hanya sekejap saja menutup kesepian dengan kesepian. Masihkah akan terus sepi sampai aku benar-benar sepi? 




Jaka Satria

Selasa, 29 Mei 2012

Puisi Jaka Satria


AKU BUDAK SERATUS RIBU TUANKU

Patutkah aku meracau pada dinding kayu
yang mulai membusuk, tempat aku berteduh
untuk mengais tubuh kusutku
memaksa seratus ribu singgah setiap bulan
untuk membayar hiburan, kebersihan, kegelisahan
pada tubuh busuk yang mengkisut.

Aku tahu tuan,
bagimu seratus ribu hanya untuk jajanan
tapi bagiku, ia adalah alat pemuas
pil ketenangan
untuk sekejap saja menghantar tidur.

Seratus ribu tuan,
aku sering melalaikan sujud di hadapan Tuhanku
karena majikan-tuanku yang garang pada waktu
sebab inilah aku budak tak bertuah
berusaha mengais uang ribuan di dompetmu.
Tuan, hanya di dompetmu
bukan rekeningmu

Rumah Cahaya, FLP Sumut. Maret 2012

SEBUAH SEJARAH JUBAH HITAM

Sebuah sejarah yang pernah terlukis di benak negeri ini
menguak kekejaman tangan rakus dari gotgot, selokan pengurai kotoran
inilah sajak tua yang tertimbun dedaunan puluhan tahun lalu
membusuk jadi debu tanpa debu.
Jubah hitam malam itu
kau - aku tak tahu kau
yang telah menjarah isi bumiku, memporak-porandakan jantung negeriku
dan, kau. Bahkan menghabisi keperawanan waktu;
di ranjang pengantin baru semalam
‘kau rampas harta, itu tak cukup’ katamu
kau minum darah, kau semakin haus
ini bukan masalah dendam
tapi ini masalah kebodohan yang kau makan dari bangkai otak para pecundang!
Aku tidak lupa, tak pernah lupa. Jubah hitam (siapapun kau)
ini hanya sebuah sejarah yang tertimbun ribuan hari lalu
tertumpuk bersama jasadku
menjadi udara yang kau hiatuklah di samping jasadku, pecundang.

Rumah Cahaya FLP SUMUT. 2012


DUA GELAS YANG BERBEDA

Bibir itu senyum seperti tak senyum
bicara seperti bisu
mendengar seperti pekak
ia rapi, memakai jas dan sepatu mengkilat
duduk di sofa mobil mewah, tapi selalu gelisah.

Mata itu menangis seperti bahagia
tertawa seperti terluka
berdarah seperti mendapat hadiah
ia dekil, memakai topi dan celana berlapis
duduk di pinggiran sampah, tapi lelap sekali tidurnya.

Aku ingin bertanya pada gelas gelas keduanya:
Gelas gelas kaca
coba kau ceritakan sedikit saja tentang majikanmu
apa saja minuman yang selalu kau suguhkan padanya
tentang makanan yang selalu bersanding denganmu,
sedikit saja, kumohon.

Gelas gelas sampah
aku ingin bertanya mengenai pemulungmu
tapi aku ragu,
aku tak tahu harus bertanya apa lagi
sebab setiap malam ia yang selalu mengutip sampahku

Rumah Cahaya FLP SUMUT, Medan. 2012

Minggu, 29 April 2012

AKU HANYA INGIN MENGAGUMIMU


Oleh: Jaka Satria Pasaribu
Untuk Afgan Syahreza

/I/
Aku hanya ingin mengagumimu dengan sederhana
seperti kau menganggapku biasa
layaknya nada yang tercipta melalui suara cinta dari rahim jiwamu
selembut cerita yang selalu kau tuturkan lewat lagu.
Aku ingin sederhana, sesederhana kau mengartikan sebuah cinta
pada lekatnya lesung di pipimu saat senyum kau hadiahkan padaku
aku tak mampu mengartikan diri sebagai kau
jua tak sanggup merapalkan mantra penawar pilu untuk menahan rindu
aku hanya tak ingin kau sebut sebagai api yang terus menyala dalam gelombang ketenaran sesaat
lalu padam menyisakan debu yang terbang menjadi awan,
terus merapalkan doa “siapakah angin yang telah membawaku sampai ke arah pagi, lalu menjelma hujan?”
dan rindu itu terus berulang

/II/
Suaramu menjelma hujan yang selalu kunanti
berlari menyusup setiap celah lalu bernyanyi
aku tak ingin sakit lalu mati dalam gelombangnya
aku hanya ingin basah dengan lagu yang kau nyanyikan
kemudian kita berdua berdansa sampai tanah berubah cinta
“inilah tanah yang seharusnya kita bawa, kita lekatkan di jiwamu-jiwaku”
kakikita semakin lincah mengatur langkah mencari jejak rindu yang telah basah.

Suaramu kini berubah malam yang memaksaku untuk tetap tidur di hatimu
kau selalu mengintaiku dalam doa penghantar tidur
kemudian menjadi mimpi yang paling kutakuti
kuharus sadari, karena aku menyukaimu
aku bisa berdamai dengan rasa takutku

aku dan kau, kita
adalah perbedaan yang belum bisa berdamai dengan waktu
sampai ia menjadi entah

Medan. 2012


Senin, 02 April 2012

CITA CITAKU-CITA CITAKITA

Masih ingatkah waktu kita sering bertanya pada orang tua perihal apa saja yang kita lihat, rasakan dan inginkan. Ketika usia masih merangkak menuju remaja. Saat itu segala sesuatu kita jadikan keyakinan jika ia mampu menghipnotis selera, bahkan kita sering beranggapan bahwa setiap orang dewasa adalah orang yang paling benar. Hm, inilah masa dimana cara berpikir kita masih labil dan sangat mudah dibentuk. Kiranya bagi orang tua yang bijak, ia akan membimbing anaknya untuk menjadi apa yang ia inginkan.

Mungkin kita sudah lupa, saat usia masih beranjak balita. Orang tua sering membisikkan dan menyanyikan kita sebelum tidur lagu yang bernada doa. Semisal "jadilah anak yang berguna, rajin mengaji, taat pada agama juga negara". Ya, meskipun kita lupa tapi dalam bawah sadar kita, doa-doa tersebut sudah mendarah daging. "Menjadi anak yang berguna".

Nah, sekarang kita beranjak menuju usia Sekolah Dasar (SD). Pada usia ini kita sering dituntut untuk menjadi sesuatu. Bahkan tak jarang kita sering bermimpi menjadi tokoh idola kita pada waktu itu, sebut saja "Satria Baja Hitam, Barbie, Power Ranger, Angling Dharma, atau artis-artis yang sedang naik daun". Tapi ketika saya mencoba bertanya pada anak-anak usia SD dan bahkan (seingat) saya pun jika ditanya mengenai cita-cita, selalu menjawab "ingin menjadi orang sukses dan berguna".

Baiklah. Kita kelang beberapa usia, dan hadir pada usia kita saat ini. Sudah jadi apakah kita saat ini?
Mungkin Anda sudah menjadi seorang guru, polisi, karyawan, pengusaha dan lainnya. Pertanyaan selanjutnya. Atas permintaan siapa Anda menjalani profesi saat ini?
Oh, saya ralat. Sudahkah kita menjadi orang sukses dan berguna? kalau sudah, berguna buat orang lain atau diri sendiri kah?
Jawabannya, kitalah yang tahu.
Tujuan saya menuliskan ini adalah agar kita kembali ingat, bahwa kita hidup untuk orang lain. Kita hidup karena ada yang menghidupkan, yakni Sang Pencipta. Jadi, apapun pekerjaan kita saat ini, semoga dapat berguna bagi agama dan negara, dan orang banyak.

Jumat, 30 Maret 2012

DI BAWAH GERIMIS MALAM

"Malam yang indah" begitulah aku menyebutnya. Hujan malam ini tampak agak malu-malu menari di bawah kelam.

Sembari menunggu seseorang yang kusebut sahabat, kumakan waktu dengan menghabiskan beberapa halaman bacaan. Entahlah, entah kenapa aku lebih memilih tenang dan menunggunya malam ini. Padahal seharusnya aku harus pulang ke rumah, sedangkan jarum jam terus bergulir melintasi angka-angka yang kukhawatirkan. Tapi ya sudahlah, aku telah memilih dan harus bertahan pada pilihanku.

Malam semakin beranjak malam, diiringi lantunan merdu suara penyanyi dari band islami yang tampil sebagai penutup acara malam ini, kami mulai beranjak menuju sepeda motor yang akan menghantar kemanapun tujuan kami nanti. Eh, inilah suatu keberkahan gerimis malam, ban motor ini tak mengizinkan kami untuk mengitari jalanan waktu. Terpaksa harus mendorong sampai ke bengkel perbaikan ban bocor.

Sepanjang jalan, seperti gerimis yang menggodai hatiku, akupun berusaha menggodainya dengan candaan (berharap ia terhibur). Tak seperti yang kukira, (candaan ini terlalu baginya) bukannya bahagia tapi suntuk yang ia dapat. Akupun terdiam.

Menikmati gerimis tipis di bawah cahaya lampu jalanan kota yang berwarna kuning. Oh, sungguh indahnya. Seperti kembang api yang tak henti memercikkan apinya, seperti hatiku yang tak henti pula memercikkan pertanyaan "ada apa sebenarnya?". Alhasil. Kunikmati saja, sampai gerimis berhenti dan akupun berhenti memandangi wajahnya yang penuh amarah. Lalu berjalan menuju cahaya pulang ke arah kakiku melangkah.

Malam penutupan MuKerNas, Medan. 2012

Kamis, 22 Maret 2012

GADIS KECILKU

-Moo"n-
Dulu kau seorang gadis kecil yang lucu dan lugu juga polos dan pendiam. Di wajahmu hanya ada diam, jarang sekali keceriaan singgah. Kini, setelah kau mulai menapaki jejak kehidupan, juga menemukan keceriaan masih kau tak tahu arah, tapi kau bukanlah gadis kecilku dulu. Kau harus mengenali onak duri yang menancap di kulit, pahit manis yang lengket di lidah, luka darah yang kian memerah diperas waktu. Inilah kehidupan, gadis kecil. Hanya sujud tengadah yang perlu kau lakukan, lalu bersiap memakai jubah optimis dalam menghadapinya.

Gadis kecilku, tidurlah dalam lelapmu. Lupakan sejenak dunia, hidupkanlah hatimu dalam mimpi yang indah. Jika pagi nanti telah membangunkanmu, jangan lupa kecup kening kebahagiaan, agar harimu selalu bahagia. Di sana, kau pasti akan temukan banyak hal indah. Ingat pesanku malam tadi "keindahan juga sebuah awal derita yang sangat mendera", jadi kau harus terus waspada.

Gadis kecilku, nikmati keindahanmu dengan kebahagiaan. Tapi jangan lupa sandarkan kebahagiaanmu pada Yang Maha Pemberi. Sebab ketika kau kehilangan arah nanti, kau bisa berpegangan pada keimanan dan ketaqwaanmu. Inilah kehidupan, gadis kecilku. Kau jangan sampai tertipu dengan keindahannya, nikmati saja penderitaan yang kau rasa, karena itu bisa menjadi obat yang lebih ampuh untuk menjadikanmu lebih dewasa.

Minggu, 11 Maret 2012

MATERI KITA


Mari kita ganti materi hari ini
nyanyikan sebuah amplitudo dalam khazanah cinta
bersama sujud gelombang longitudinal
bawakan selembar catatan momentum parsial yang kita simpan dalam laci kehidupan
oh, kau sudah tahukan?
sebab aku melihat wajahmu tak lagi sebingung pertama kali maju ke depan
menyelesaikan soal yang tercantum di dinding kekeliruan,
marilah. Sambut jemariku menggoreskan rumus kelahiran faktorial mendatang
agar tak ada lagi yang mengecap bahwa materi ini rumit dan sulit dimengerti
mari berganti materi

Oleh: Jaka Satria  
Rumah Cahaya, 2011
(Terbit di Waspada 10 Maret 2012)

Kamis, 01 Maret 2012

JALAN HATI UNTUK WAKTU

Saudara, bilakah kau lukis wajahku pada dinding kamar kita?
andai sudah, usahlah kau beri warna
biar nanti aku yang mewarnai di dinding hatiku

Saudara, kau yang kelak pergi mencari arti cintamu
jangan palingkan wajahmu ke arahku lagi
agar kau kuat mencari nafkah hati untuk kita

Saudara, aku kini sendiri menunggu hatimu yang kian merah
(harapku begitu)
semerah baju yang kau titipkan di kamar kita
ah, kuharap juga hatimu berbunga seperti rajutan tanganku 
dini hari sebelum keberangtanmu

Kelak jika kau kembali, aku harap tak di sini
aku tak mungkin menunggu yang sudah pasti bukan kumiliki
aku telah pergi

aku telah pergi, bukan hatiku


PEDULI LINGKUNGAN

Malam itu mataku terhenti pada sebuah bacaan "MOBIL PENYAPU JALAN" di jalan raya. Lamat-lamat kuperhatikan sampai mobil itu menghilang. Mobil (seperti mobil pengangkut air)  berwarna kuning, bagian punggungnya terlihat bulat dan di bawahnya dilengkapi dengan alat yang terbuat dari serbuk seperti sapu. Aku benar-benar terpana. Pemandangan seperti ini kiranya dapat dibenarkan, karena setiap hari kita juga bisa menyaksikan petugas penyapu jalan. Dan memang dapat kita buktikan bahwa hampir di setiap jalan raya Kota Medan bersih dan bebas dari sampah.

Kiranya program pemerintah semacam ini dapat didukung dan dijadikan sebagai acuan masyarakat untuk menjaga lingkungan. Bukankah lingkungan yang bersih juga merupakan tempat yang sehat. Sangat disayangkan, ketika suatu hari saya berada di sebuah angkutan umum. Saat itu seorang anak lelaki berseragam putih-biru menyimpan sampah bekas makanan ringannya ke dalam tas, tapi malah dicemooh dan jadi bahan tawaan oleh teman-temannya. Bahkan beberapa orang yang terlihat seperti mahasiswa/i juga ikut tersenyum menyaksikan pemandangan itu. Ini adalah perilaku baik yang sudah menjadi tabu di kalangan remaja saat ini. Siswa yang baik adalah remaja yang sopan terhadap lingkungan, sedangkan pendidik yang baik adalah orang yang bisa memberi contoh untuk menjaga lingkungan.

Karena rasa penasaran, saya coba cek melalui internet tentang kepedulian lingkungan yang di usung oleh pemerintah Kota Medan. Hm, ternyata lagi-lagi saya mendapatkan informasi yang mengejutkan. Sejak September 2011,  Pemerintah Kota Medan  mengeluarkan Surat Edaran  bagi pasangan calon yang akan menikah  baik pria maupun wanita untuk menanam dua batang pohon  di halaman rumahnya, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Mengejutkan sekali. http://www.rri.co.id/index.php/detailberita/detail/3409 Program semacam ini sangat baik untuk dijalankan. Mengingat kondisi lingkungan kita yang sudah sakit-sakitan. Akan tetapi kiranya pemerintah harus lebih serius untuk mempromosikan cara kerja yang sebaiknya. Bila perlu, pasang iklan televisi, sekaligus sebagai contoh bagi kota-kota lain yang ada di Indonesia. Dan bagi masyarakat yang sudah mengetahui, kiranya tak harus menunggu nikah dulu deh, baru menanam pohon. Dimulai dari sekarang yuk.... 

Hm, saya jadi teringat kebiasaan ketika berkunjung kerumah cahaya (Sekret FLP). Setiap waktu sholat, kami selalu berjamaah di mushollah yang tepat berada di bibir sungai Deli, tepat berada di belakang bangunan-bangunan tinggi kota Medan. Seperti salah satu mall terbesar di kota ini, kantor walikota, hotel yang juga dikenal mewah, dan perumahan elit. Tapi sayangnya, seperti tak ada perhatian terhadap sungai  yang sempat dikatakan sebagai icon kota Medan ini.

Sebenarnya keberadaan sungai ini sangat menguntungkan bagi tata ruang kota. Sebab, sungai ini membelah bagian-bagian pusat perkotaan. Selain itu bentuk dan letaknya sangat indah. Tapi sayang, karena minimnya perhatian terhadap sungai tersebut mengakibatkan sungai ini bau, kotor dan sangat keruh, bahkan kehitaman. Sempat terlontar kalimat sederhana ketika kami (bersama pemuda FLP Sumut) duduk merenungi keberadaan sungai ini, seandainya saja pemerintah bisa mempekerjakan sebagian masyarakat pinggiran sungai untuk membersihkan sungai ini. Hm, dengan membuat jaring (seperti jala ikan) dibentangkan  di sekitar sungai dalam beberapa meter sekali dan dalam rentang waktu tertentu, paling tidak sungai ini akan kekurangan endapan sampah setiap harinya. Dan semoga andai-andai tersebut didengar dan direalisasikan.


Tapi, saya tidak setuju juga kalau pemerintah sudah menjalankan program peduli lingkungan seperti yang tadi (di atas), kita malah santai protes kesalahan-kesalahan yang lain. Artinya kita semua juga harus sadar, bahwa sampah adalah virus bagi lingkungan. Jadi, sebagai masyarakat yang baik dan orang yang bijak kita juga harus peduli terhadap lingkungan, sebab lingkungan juga merupakan bagian dari kehidupan kita.



Gimana Lae, setujukan???
Horas Bah.....

Senin, 27 Februari 2012

Sebuah Syair: Afifah Afra


Tak Mengapa (Sebuah Syair)


Untuk seorang kekasih:
Tak mengapa kumenjadi lilin
Ia memang remuk dilahap cahaya
Yang ia pancarkan sendiri
Yang ia bagikan sendiri

Namun jangan kira ia telah hilang bentuk
Tidak, sama sekali tidak

Ia tak hilang
Ia tak musnah

Ia hanya menguar
Menjadi bentuk yang lebih lembut
Karbon yang menelusup ke sela-sela stomata
Menjelmalah ia senyawa
Yang kau hisab tanpa kau tahu
Bahwa aku telah memasukimu
Merasuk dalam detak jantungmu
Mengalir bersama urat nadimu

Aku menyayangmu
Lebih dari kumenyayang diri
Maka, usai kubagikan cahaya
Tak mengapa jika ragaku luluh
Karena dengan cara itulah
Aku menyatu dengan jasadmu
Meski tak kau sadari
Meski tak kau sadari

Aku ingin percintaan kita
Bak udara dengan manusia

: Bak udara dengan manusia

(Kemanfaatan itu mungkin tak dirasa
Baru ketika tiada menggusur ada
Manusia tiba-tiba kehilangan nyawa)

Dan tahukah, wahai engkau?
Jika kau anggap aku penebar cahaya
Aku tak mau menjadi lampu
Yang tak mau mengorbankan diri
Untuk ujud yang lebih lembut
Aku ingin menjadi lilin
Tak mengapa menjadi lilin
Karena keremukan itu
Akan membuatku
Menyatu dengan jasadmu
Tanpa kau tahu

Tanpa kau tahu
Tak mengapa kau tak tahu
Karena cukup bagiku
Yang Maha Tahu