Malam itu mataku terhenti pada sebuah bacaan "MOBIL PENYAPU JALAN" di jalan raya. Lamat-lamat kuperhatikan sampai mobil itu menghilang. Mobil (seperti mobil pengangkut air) berwarna kuning, bagian punggungnya terlihat bulat dan di bawahnya dilengkapi dengan alat yang terbuat dari serbuk seperti sapu. Aku benar-benar terpana. Pemandangan seperti ini kiranya dapat dibenarkan, karena setiap hari kita juga bisa menyaksikan petugas penyapu jalan. Dan memang dapat kita buktikan bahwa hampir di setiap jalan raya Kota Medan bersih dan bebas dari sampah.
Kiranya program pemerintah semacam ini dapat didukung dan dijadikan sebagai acuan masyarakat untuk menjaga lingkungan. Bukankah lingkungan yang bersih juga merupakan tempat yang sehat. Sangat disayangkan, ketika suatu hari saya berada di sebuah angkutan umum. Saat itu seorang anak lelaki berseragam putih-biru menyimpan sampah bekas makanan ringannya ke dalam tas, tapi malah dicemooh dan jadi bahan tawaan oleh teman-temannya. Bahkan beberapa orang yang terlihat seperti mahasiswa/i juga ikut tersenyum menyaksikan pemandangan itu. Ini adalah perilaku baik yang sudah menjadi tabu di kalangan remaja saat ini. Siswa yang baik adalah remaja yang sopan terhadap lingkungan, sedangkan pendidik yang baik adalah orang yang bisa memberi contoh untuk menjaga lingkungan.
Karena rasa penasaran, saya coba cek melalui internet tentang kepedulian lingkungan yang di usung oleh pemerintah Kota Medan. Hm, ternyata lagi-lagi saya mendapatkan informasi yang mengejutkan. Sejak September 2011, Pemerintah Kota Medan mengeluarkan Surat Edaran bagi pasangan calon yang akan menikah baik pria maupun wanita untuk menanam dua batang pohon di halaman rumahnya, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Mengejutkan sekali. http://www.rri.co.id/index.php/detailberita/detail/3409 Program semacam ini sangat baik untuk dijalankan. Mengingat kondisi lingkungan kita yang sudah sakit-sakitan. Akan tetapi kiranya pemerintah harus lebih serius untuk mempromosikan cara kerja yang sebaiknya. Bila perlu, pasang iklan televisi, sekaligus sebagai contoh bagi kota-kota lain yang ada di Indonesia. Dan bagi masyarakat yang sudah mengetahui, kiranya tak harus menunggu nikah dulu deh, baru menanam pohon. Dimulai dari sekarang yuk....
Hm, saya jadi teringat kebiasaan ketika berkunjung kerumah cahaya (Sekret FLP). Setiap waktu sholat, kami selalu berjamaah di mushollah yang tepat berada di bibir sungai Deli, tepat berada di belakang bangunan-bangunan tinggi kota Medan. Seperti salah satu mall terbesar di kota ini, kantor walikota, hotel yang juga dikenal mewah, dan perumahan elit. Tapi sayangnya, seperti tak ada perhatian terhadap sungai yang sempat dikatakan sebagai icon kota Medan ini.
Sebenarnya keberadaan sungai ini sangat menguntungkan bagi tata ruang kota. Sebab, sungai ini membelah bagian-bagian pusat perkotaan. Selain itu bentuk dan letaknya sangat indah. Tapi sayang, karena minimnya perhatian terhadap sungai tersebut mengakibatkan sungai ini bau, kotor dan sangat keruh, bahkan kehitaman. Sempat terlontar kalimat sederhana ketika kami (bersama pemuda FLP Sumut) duduk merenungi keberadaan sungai ini, seandainya saja pemerintah bisa mempekerjakan sebagian masyarakat pinggiran sungai untuk membersihkan sungai ini. Hm, dengan membuat jaring (seperti jala ikan) dibentangkan di sekitar sungai dalam beberapa meter sekali dan dalam rentang waktu tertentu, paling tidak sungai ini akan kekurangan endapan sampah setiap harinya. Dan semoga andai-andai tersebut didengar dan direalisasikan.
Tapi, saya tidak setuju juga kalau pemerintah sudah menjalankan program peduli lingkungan seperti yang tadi (di atas), kita malah santai protes kesalahan-kesalahan yang lain. Artinya kita semua juga harus sadar, bahwa sampah adalah virus bagi lingkungan. Jadi, sebagai masyarakat yang baik dan orang yang bijak kita juga harus peduli terhadap lingkungan, sebab lingkungan juga merupakan bagian dari kehidupan kita.
Gimana Lae, setujukan???
Horas Bah.....
0 komentar:
Posting Komentar