"Malam yang indah" begitulah aku menyebutnya. Hujan malam ini tampak agak malu-malu menari di bawah kelam.
Sembari menunggu seseorang yang kusebut sahabat, kumakan waktu dengan menghabiskan beberapa halaman bacaan. Entahlah, entah kenapa aku lebih memilih tenang dan menunggunya malam ini. Padahal seharusnya aku harus pulang ke rumah, sedangkan jarum jam terus bergulir melintasi angka-angka yang kukhawatirkan. Tapi ya sudahlah, aku telah memilih dan harus bertahan pada pilihanku.
Malam semakin beranjak malam, diiringi lantunan merdu suara penyanyi dari band islami yang tampil sebagai penutup acara malam ini, kami mulai beranjak menuju sepeda motor yang akan menghantar kemanapun tujuan kami nanti. Eh, inilah suatu keberkahan gerimis malam, ban motor ini tak mengizinkan kami untuk mengitari jalanan waktu. Terpaksa harus mendorong sampai ke bengkel perbaikan ban bocor.
Sepanjang jalan, seperti gerimis yang menggodai hatiku, akupun berusaha menggodainya dengan candaan (berharap ia terhibur). Tak seperti yang kukira, (candaan ini terlalu baginya) bukannya bahagia tapi suntuk yang ia dapat. Akupun terdiam.
Menikmati gerimis tipis di bawah cahaya lampu jalanan kota yang berwarna kuning. Oh, sungguh indahnya. Seperti kembang api yang tak henti memercikkan apinya, seperti hatiku yang tak henti pula memercikkan pertanyaan "ada apa sebenarnya?". Alhasil. Kunikmati saja, sampai gerimis berhenti dan akupun berhenti memandangi wajahnya yang penuh amarah. Lalu berjalan menuju cahaya pulang ke arah kakiku melangkah.
Malam penutupan MuKerNas, Medan. 2012
Jumat, 30 Maret 2012
DI BAWAH GERIMIS MALAM
10.52
No comments
0 komentar:
Posting Komentar