Minggu, 07 Oktober 2012

AKU ADALAH GURU


Mungkin bagi sebagian orang mengajar itu adalah pekerjaan yang paling sulit. Apalagi kalau katanya mengajar anak SD, paling susah lah, ribet lah, pokoknya ada aja alasan untuk kesulitan mengajar SD. Hm,, tapi kurasa mengajar itu pekerjaan yang menyenangkan.

Ok deh, sedikit kita lirik ke belakang mengenai pilihan mengajar. Kalau diteliti lebih mendasar, aku lebih memilih melakoni dunia seni daripada dunia nyata (eh, maksudnya dunia kerja lainnya). Karena sejak kecil aku sudah menggeluti dunia itu, mulai dari pernah menjadi salah satu anggota tari tradisional pesisir (Sikambang) di kotaku, mengikuti kegiatan ekskul nasyid, belajar vokal dengan adik ayah yang memang suaranya sudah dikenal seantero kota, sangat menyukai dunia kepenyairan (mengikuti lomba cipta puisi, walau gak pernah menang. Mengikuti lomba baca puisi, walau gak pernah juara satu), ikut belajar tilawah Al-Qur’an (alhamdulillah pernah mendapat juara dua tingkat sekolah, kemudian mengikuti MTQ tingkat kota dan mendapat juara satu). Sampai akhirnya ketika kelas dua Aliyah, seorang guru geografi yang kebetulan juga sebagai wali kelas adikku di salah satu SMP Negeri di kotaku memberikan saran agar kelak aku menjadi guru. APA??? (otakku keplinter kawat, wajahku kebalik 180 derajat).

Benar-benar perubahan yang memutar-balikkan cara berpikirku. Kurasa menjadi guru itu bukan sesuatu yang mudah, saat itu aku berpikir untuk menjadi guru bukanlah pekerjaan yang menjanjikan kemapanan, juga bukan profesi yang menjanjikan masa depan cemerlang, apa lagi ketenaran. Huffft...... benar-benar menyiksa batinku. Guru itu pekerjaan yang tidak seimbang, antara modal dengan keuntungan. Sebab untuk menjadi guru terlalu banyak tuntutan yang harus dipenuhi, mulai dari kemauan pemimpin di sekolah, kemauan anak murid yang berbeda-beda karakter, tambah lagi kemauan orang tua/wali murid yang maunya lebih parah dari kemauan pemimpin dan murid, bahkan melebihi kemauan kita sebagai seorang guru yang sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk kebutuhan mengajar. Pertimbangan seperti ini yang akhirnya membuatku sedikit depresi dan rasanya ingin berontak. Tapi, ini adalah skenario yang telah ditentukan oleh Sang Pembuat skenario sesungguhnya. Sebelum menamatkan studi di Aliyah, kedua orang tuaku justru sudah dipanggil-Nya. Kurasa ini adalah cara terbaik agar aku memilih jalan yang sudah ditentukan, tanpa harus membantah dan harus mengikuti alurnya.

***
Maka aku putuskan untuk memilih kuliah di bidang keguruan, untuk memilih ini pun aku sedikit memaksa untuk kuliah ke Medan. Walau dengan biaya seadanya dan uang pas-pasan, tapi aku selalu tanamkan apa yang pernah disampaikan kepala sekolah ketika apel pagi bahwa, “Allah telah menentukan rezeki setiap manusia seperti keran air. Semakin besar kebutuhan kita maka kerannya semakin dibesarkan sesuai dengan kebutuhan, jadi jangan pernah takut untuk berkebutuhan yang besar karena Allah pasti akan semakin memutar keran milik kita.”
Memilih jurusan yang terbaik di bidang ini pun selalu kurembukkan dengan keluarga, bertanya pada orang-orang yang sudah berpengalaman, sampai akhirnya aku memilih jurusan pendidikan matematika.

***
Sekarang setelah semua kujalani, semenjak kuliah sudah mencoba mengajar di SD untuk perbekalan selanjutnya. Alhamdulillah, setelah selesai kuliah langsung mengajar di sebuah sekolah yang memang bisa menutupi segala kebutuhanku. Baik materi maupun secara rohani.
Ternyata mengajar itu, terutama di SD tidak seburuk yang kupikirkan selama ini. Aku punya prinsip bahwa “setiap kebaikan yang kita lakukan pasti akan mendapat kebaikan pula, tapi tidak mengharapkan kebaikan itu selalu datang semau kita.”

0 komentar:

Posting Komentar