Rabu, 22 Februari 2012

RINDU PULANG

Sendiri, banyak tugas, gak ada kerja tetap. Hmm... penat. Mungkin bagi sebagian orang sangat mendambakan aktivitas yang kujalani sehari-hari, tapi bagiku ini mulai membosankan. Memang hidup itu tak pernah lepas dari sebuah pepatah "rumput tetangga selalu tampak lebih hijau". Ini agaknya perlu untuk diperbaiki, iri terhadap kepunyaan orang lain itu tidak baik, akan tetapi iri terhadap kelebihan orang lain akan mampu memacu untuk lebih baik.

Masih sendiri. Bermuhasabah, bermunajat, dan berdoa. Kiranya ini lebih baik untuk saat ini, intropeksi diri dalam kesendirian, memperbaiki segala kekurangan, untuk tampil menjadi pribadi yang lebih baik (harus menjadi diri sendiri). Apapun itu jika dilakukan dari hati, akan menghasilkan yang jauh lebih baik dari harapan.


Kesendirian. Mengingatkan pada banyak hal yang pernah kita lakukan.
Renungan. Mengembalikan diri untuk menjadi fitrah.

Kesepian. Menghantarkan pada masa lalu dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang.
Tiga kata ini menghantarkanku untuk kembali ke kampung halaman. Walaupun bagi kebanyakan orang tempatku sekarang adalah dambaan. Tapi bagiku, kampung halaman adalah tempat pulang. Tempat dimana aku bisa tersenyum lepas, tempat dimana aku bisa tertawa 'elegan', tempat dimana aku bisa berkumpul dengan orang-orang yang sudah menjadi teman dan sahabat sejak aku bayi. Ya, rumah.

Sibolga, adalah rumah terindahku. Bagiku, ia adalah tempat yang eksotis, ia adalah tempat yang religi, ia adalah tempat yang nyaman dan damai, ia adalah aku. Ketenangan dan kedamaian mudah kuresapi di tempat ini. Jika malas untuk keluar rumah, tinggal duduk ke warung belakang, berdiri di bilik jendela, lautan luas siap menghibur. Menikmati deburan ombak, angin sepoy yang tak berhenti berlari, dan jejeran kapal nelayan juga bersedia menghantarkan lamunan. Hm... Indah sekali. Aku damai. Aku tenang. Aku tentram. Aku berkecamuk untuk pulang.


Bukan hanya itu. Jika setiap hari di rumah terus, pasti bosan, ingin jalan sana-jalan sini. Sibolga, ia tak seluas negeri-negeri lain yang ada di bumi Indonesia, bahkan ia adalah negeri terkecil. Tapi makna yang tersisip di antaranya mampu menghantarkanku pada kedamaian dan kebebasan yang terlukis dari lautan luas ini. Selain itu tempat yang mampu membuat aku kenyang oleh ketenangan adalah pantai. Pantainya mungkin tak seindah pantai-pantai terkenal di dunia. Tapi bagiku, ia adalah kekasih. Kekasih yang mendekatkanku pada Kekasih yang sesungguhnya. Sambil menikmati tegukan minuman dingin dan gigitan makanan ringan, duduk ataupun berjalan menyusuri bibir pantai adalah kelembutan yang terpancar dari negeri ini.


Aku di sini, masih saja berkutat pada buku-buku, televisi, handphone dan laptop kecil. Menuliskan sebuah kenangan atas kerinduan yang mendalam. Aku ingin pulang.

0 komentar:

Posting Komentar