Minggu, 05 Mei 2013

LAHIRLAH BUMIKU DENGAN CINTA DAN AIRMATA


Di matamu langit semakin jingga
Semakin merah
Semakin pucat,
Melengkung ke arah siksa
menjadi puluhan, ratusan, ribuan, jutaan bahkan milyaran angka

di kepalamu dedaunan gugur
menangis karena dipaksa meninggalkan tangkainya
kayu-kayu berkepalan
menumpuk menjadi lapau, rumah, dan gedung

di hatimu ada sekumpulan katak yang melompat
berirama memanggil tuannya
ingin meminta seekor capung dari hutan yang telah gundul

di tanganmu nyala api-api biru
membakar tubuh seekor ular
di tengah rawa, di tengah hutan
untuk bertahan hidup menyambung nyawa, katamu.

Berdegublah jantung langit
Dag dag dug dug...
menjadi sebuah pertanda masih ada kehidupan di atas sana
menjadi isyarat amarah yang tak dapat terelakkan

maka menjeritlah hutan-hutan
dengan hujan, dengan mata air yang tak henti mengalir
dengan tanah yang tak ingin menyerap
dengan hati manusia
satu persatu dicabik-cabik menjadi puluhan, ratusan, ribuan, jutaan bahkan milyaran bangkai yang terseret oleh keserakahan

oh.... bumi
pantaskah kami menjadi tuan di atas laramu
pantaskah kami menyentuhmu dengan bahasa lembut dan nada yang cerca
hingga kau tak tahu mana kebaikan dan kebiadaban

oh... langit
masihkah kau turunkan hujan
sedang tanah terus berduka dinodai oleh keserakahan
oleh airmata para pendosa

subhanallah, walhamdulillah, walailahaillallah, allahuakbar

tuk.... tuk... tuk.... tuk....
telah mati seribu manusia di telan durja
telah lahir seribu hati yang tertanam di tanah dunia
telah sirna seribu langkah menuju dosa
telah hadir seribu jiwa mendamba air, api, udara dan manusia

lahirlah anak-anak bumiku
menangislah menyambut hidup
agar kelak matimu ditangisi dengan doa dan dzikir
dari mulut-mulut mungil manusiamu

Jaka Satria

0 komentar:

Posting Komentar