Tiga Ninja FLP SUMUT

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh... Bersiaplah untuk menggoreskan pena, lalu merubah dunia untuk lebih baik

GELAS GELAS KACA

Selamat datang di Blog saya, semoga tulisan-tulisan ini dapat menambah wawasan untuk lebih mengetahui berbagai hal.

Keindahan Alam dan Jiwa

Alam dan jiwa kita adalah satu, keindahan alam akan terpancar melalui jiwa-jiwa penghuninya.

Meminta Maaf dan Memaafkan

Mengakui kesalahan lalu meminta maaf adalah suatu perbuatan yang mulia, tetapi alangkah lebih mulia lagi bagi orang yang mau memaafkan sebelum orang lain meminta maaf, sekalipun terhadap yang jauh lebih muda dari kita.

Salam Kenal dan Terima Kasih

Salam kenal dari saya, semoga bermanfaat. Terima Kasih Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Minggu, 05 Mei 2013

BOCAH PALESTINA


Langkahku telah lelah menelusuri sudut-sudut kota
Mencari abi, umi dan kakak tercinta
Aku hanya seorang bocah kecil tak berdaya
Menuju tujuh tahun hidup di dunia
Tanganku telah penuh dengan darah, kakiku tak mau henti melangkah
Di dadaku peluru-peluru telah bersarang sejak beberapa hari yang lalu
Di kepalaku abi, umi, kakak masih memanggil dengan suara cinta.
Hari kian gelap, aku takut, aku resah
Tak ingin kembali ke rumah, di sana telah hilang semua keluarga
Abi, aku sendiri. Aku tak mampu melawan senapan para zionis
Bertubi-tubi dadaku dipaksa menyimpan peluru
Berkali-kali kuusap airmata, kuusap luka yang terus berdarah.
Umi, aku takut. Tak ada kehangatan yang memelukku
Tak ada usapan jemarimu yang menenangkanku
Nafasku kian tersengal, aku butuh umi.
Malam ini aku harus tidur di antara mayat-mayat muslim di negeri ini
Di bawah tank, di antara bom yang selalu bernyanyi kemenangan,
Abi, umi, kakak, aku mencari kalian sampai ke sudut-sudut kota
Sampai malam ini, malam yang paling kutakuti.

LAHIRLAH BUMIKU DENGAN CINTA DAN AIRMATA


Di matamu langit semakin jingga
Semakin merah
Semakin pucat,
Melengkung ke arah siksa
menjadi puluhan, ratusan, ribuan, jutaan bahkan milyaran angka

di kepalamu dedaunan gugur
menangis karena dipaksa meninggalkan tangkainya
kayu-kayu berkepalan
menumpuk menjadi lapau, rumah, dan gedung

di hatimu ada sekumpulan katak yang melompat
berirama memanggil tuannya
ingin meminta seekor capung dari hutan yang telah gundul

di tanganmu nyala api-api biru
membakar tubuh seekor ular
di tengah rawa, di tengah hutan
untuk bertahan hidup menyambung nyawa, katamu.

Berdegublah jantung langit
Dag dag dug dug...
menjadi sebuah pertanda masih ada kehidupan di atas sana
menjadi isyarat amarah yang tak dapat terelakkan

maka menjeritlah hutan-hutan
dengan hujan, dengan mata air yang tak henti mengalir
dengan tanah yang tak ingin menyerap
dengan hati manusia
satu persatu dicabik-cabik menjadi puluhan, ratusan, ribuan, jutaan bahkan milyaran bangkai yang terseret oleh keserakahan

oh.... bumi
pantaskah kami menjadi tuan di atas laramu
pantaskah kami menyentuhmu dengan bahasa lembut dan nada yang cerca
hingga kau tak tahu mana kebaikan dan kebiadaban

oh... langit
masihkah kau turunkan hujan
sedang tanah terus berduka dinodai oleh keserakahan
oleh airmata para pendosa

subhanallah, walhamdulillah, walailahaillallah, allahuakbar

tuk.... tuk... tuk.... tuk....
telah mati seribu manusia di telan durja
telah lahir seribu hati yang tertanam di tanah dunia
telah sirna seribu langkah menuju dosa
telah hadir seribu jiwa mendamba air, api, udara dan manusia

lahirlah anak-anak bumiku
menangislah menyambut hidup
agar kelak matimu ditangisi dengan doa dan dzikir
dari mulut-mulut mungil manusiamu

Jaka Satria

Sabtu, 04 Mei 2013

ENAM TAHUN TERINDAH


Sejak dulu, ketika aku belum mengenalmu
Kau kenalkan aku huruf,
Kau kenalkan aku angka,
Kau ajarkan aku membaca dan menghitung.
Sejak dulu, ketika aku belum mengenalmu
            Kau sebutkan namamu,
malu-malu kuterima jabatmu
            Kita berkenalan dan berteman.
Sejak dulu, ketika aku masih tak perduli
Kau ajarkan aku mandiri
Kau semaikan di dadaku tentang kehidupan
            Sejak dulu, ketika aku sendiri
Kau tarik tanganku, dan kita berlari-lari
            Dengan tawa dan airmata.
Kini, setelah enam tahun itu menghampiri
Kembali kukenang kesabaranmu, kasih sayangmu
Membimbingku menjadi lebih baik
Kini, setelah enam tahun itu merangkul
Kurangkullah tubuhmu, dengan kasih sayang
            Sebab aku tak sendiri lagi


Guruku, kita telah di batas waktu
Tak mungkin dapat kubayar jasamu
Sebab butir demi butir keringatmu telah berubah lautan asa bagiku,
Dan airmatamu  telah mengajarkan kesabaran kepadaku.
            Teman, terima kasih untukmu
Untuk kesetiaan, untuk canda dan tawa
Untuk airmata dan untuk pengorbanan.
Bagiku ini adalah enam tahun terindah saat bersamamu.

Jaka Satria


DOA


Kami telah di batas waktu mencari jati diri
Kami telah di batas waktu mengharap masa depan
Kami telah tiba diuji untuk membuktikan
Jasa-jasa ayah, ibu, guru, dan teman-teman

Ya Robbi, jika kau ijinkan kami menjadi terbaik
Kami akan buktikan pada orang-orang yang menyayangi kami
Bahwa kami mampu melewati masa ini
Bahwa kami mampu menyelesaikan ujian ini

Ya Allah, kami selalu memanjatkan doa padaMu
Kami selalu bertasbih di hadapanMu
Agar nanti dapat kami hadapi semua ini

Kami telah berjanji untuk membalas semua jasa
Meski kami belum tentu mampu membalasnya
Tapi ini adalah usaha, ini adalah keyakinan
Bahwa kami dapat membuatmu bahagia

Ayah, Ibu
Mohon restumu, doamu
Agar nanti kami dapat menghadapi ini dengan tenang
Agar usaha kami mendapat ridho Allah
           
Guruku,
            Maaf kuharapkan darimu
Agar kami mampu menghadapi ujian ini
Agar kami menjadi anak-anakmu yang berbakti

Teman, ini adalah waktu kita
Setelah enam tahun bersama
Maka kita harus bersama pula menghadapinya.

Jaka Satria

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG


Bumi pertiwi telah menangis berabad-abad
Kaum perempuan hanya ada di pundak para lelaki
Gelap terus mencekam, dingin terus menusuk
Tulang, darah, hati

Kartini menjerit namun tak berani bersuara
Kartini menangis tapi tak ada airmata
Kartini membantah ia takut durhaka
Kartini bertindak setelah dijajah

Kini Kartini
telah merdeka, bersuara melawan penindasan
tangisnya menjadi doa yang mengalir lewat airmata para perempuan-perempuan pemberani
ia membantah segala dusta, segala cerca yang menodai kesucian wanita
bertindak membawa nama Indonesia ke seluruh penjuru dunia,
Kartini telah berjuang
Kartini telah merdeka
Kartini telah syuhada
Setelah ia tiada

Jaka Satria
21 April 2013

WAKTU TELAH MENGUTUKKU


Bila waktu telah mengutukku menjadi seorang guru
Maka aku pun terus mengutuk waktu menjadi seorang pendidik
Yang hadir dari rahim setiap ibu
Mengalir lewat keringat setiap ayah
Dan tak pernah mati dikutuk masa.
Jika jasa telah membenamku dalam balas budi
Dengan doa dan airmata
Kukorbankan detik-detik nadiku menjadi lautan asa yang tak henti mengalir
Lewat jiwa-jiwa yang lahir dari butir-butir pengorbanan setiap guru.
Airmata bukanlah tangis yang terus menjelma menjadi usia
Bukan amarah yang membuncak di relung kita
Tapi puisi adalah bahasa yang paling indah
Melukis resah kita, merajut jiwa-jiwa kita yang terpisah
Dengan ini, dengan bahasa cinta kita
Kubiarkan waktu terus mengutukku menjadi seorang guru.

Jaka Satria