Rabu, 28 Desember 2011

Tentang Kehilangan Seorang Ibu (Tidak Waras)

Setiap harinya aku selalu lewat jalan Guru Patimpus Sei Deli antara Deli Plaza dan kantor TVRI Medan. Setiap kali lewat gerbang TVRI Medan (berhadapan dengan Deli Plaza) yang selalu tertutup itu, mataku tak pernah lupa untuk singgah ke arah sosok tubuh mungil, agak keriput, berbaju hitam dan topi jerami. Pakaiannya berlapis-lapis pun topinya. Tak jarang kekagumanku (dan mungkin orang lain) atas kuatnya semangat hidupnya, selalu menumbuhkan benih-benih harapan masa depan yang cerah. Terkadang aku juga memandangnya sebagai gelandangan yang tak berguna, sama halnya pandangan kebanyakan orang tentangnya.



Setiap pagi dan sore aku lewat, tubuh mungilnya selalu saja berbaring di tanah bergulingkan besi pagar. Ketika di siang terik pun, ia juga berbaring di rumah tak beratap dan tak berdinding itu. Subhanallah, panas terik begini ia tahankan tidur bergelimpangan panas, bermandikan debu. Maklum saja, jarak tempat ia tidur dengan aspal jalan raya hanya sekitar satu meter saja. Sedangkan aku dan para orang-orang waras ini, terus mengeluh kegerahan dalam teduhnya angkot dan sejuknya angin yang menyelinap dari lubang-lubang kecil dinding angkot.

Siapa kiranya keluarga Ibu ini? Tak ada yang peduli padanya, bahkan aku pernah menyaksikan beberapa orang datang mendekati tubuhnya yang lelap, lalu berusaha membangunkan dengan tendangan kaki pelan. Pasti mereka mengira bahwa Ibu itu sudah tak bernyawa lagi (akupun selalu khawatir jika itu terjadi), sebab tubuhnya dalam posisi yang sangat tidak wajar dan tampak seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Tapi, kenapa harus dengan kaki mereka? Ia adalah seorang ibu (walaupun gila), ia tetap seorang manusia yang punya harga diri. Ia adalah ibu, sama seperti ibu-ibu yang lain, juga ibumu dan ibuku.


Tapi beberapa hari yang lalu, aku lewat jalan tersebut (sudah lama juga tak lewat jalan itu). Pagar kantor TVRI yang selalu tertutup dan tidak terpakai itu (tentunya tempat ibu "gila" untuk berteduh hati) tampak terbuka dan dijaga beberapa satpam. Lantas aku terkejut dan sangat heran. Dimana Ibu "gila" itu, yang sudah kuanggap sebagai ibuku, ibu semangat hidupku.

0 komentar:

Posting Komentar