Tiga Ninja FLP SUMUT

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh... Bersiaplah untuk menggoreskan pena, lalu merubah dunia untuk lebih baik

GELAS GELAS KACA

Selamat datang di Blog saya, semoga tulisan-tulisan ini dapat menambah wawasan untuk lebih mengetahui berbagai hal.

Keindahan Alam dan Jiwa

Alam dan jiwa kita adalah satu, keindahan alam akan terpancar melalui jiwa-jiwa penghuninya.

Meminta Maaf dan Memaafkan

Mengakui kesalahan lalu meminta maaf adalah suatu perbuatan yang mulia, tetapi alangkah lebih mulia lagi bagi orang yang mau memaafkan sebelum orang lain meminta maaf, sekalipun terhadap yang jauh lebih muda dari kita.

Salam Kenal dan Terima Kasih

Salam kenal dari saya, semoga bermanfaat. Terima Kasih Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Minggu, 07 Oktober 2012

CATATAN (SISWA ADALAH ANAKKU)


Kebaikan yang dilakukan tanpa mengharap sesuatu apapun pasti akan mendapatkan kebahagiaan tersendiri. Aku sering bingung setiap kali akan berangkat dari rumah menuju sekolah, untuk perbekalan yang sudah dipersiapkan apakah sudah cukup atau justru belum matang. Jujur saja, tidak banyak yang kupersiapkan setiap kali akan mengajari murid-muridku. Tapi setiap kali pulang sekolah, selalu ada tersisa kegembiraan dari pertemuan di hari itu, yang membuat berat hati untuk membiarkan anak-anak pulang dan kembali ke rumah. Rasanya ingin terus bersama mereka, dan selalu merindukan mereka setiap kali pulang sekolah. Jika hari itu ada amarah yang membuncak dariku karena kesalahan atau ketidak-sabaranku dalam mengajar, acap kali itu menjadi penyesalan yang sangat membuatku akan terus memikirkannya setiap kali sampai ke rumah. Ini merupakan suatu keindahan bagiku ketika aku telah memutuskan memilih untuk menjadi guru.

Ada banyak kegembiraan yang dapat melalaikanku dari dunia luar yang selama ini mungkin telah memikatku atau dunia yang mudah menggodaiku dengan keindahan dan ketertarikan atas diriku yang dulu. Karena ada banyak hal yang telah membuat aku jatuh cinta untuk terus berada di sekolah bersama anak-anak murid. Ternyata aku sangat menyukai anak kecil bukan karena mereka lucu, bukan karena mereka polos. Tapi karena mereka sangat jujur untuk mengungkapkan hal-hal yang mereka amati. Ini yang membuatku akan terus berhati-hati dalam bersikap, karena ternyata setiap guru bagi mereka adalah idola, adalah contoh, adalah orang yang paling sempurna. Maka, kebahagiaanku selanjutnya adalah kesiapanku sebagai idola.

Kebahagiaan yang selanjutnya adalah rasa haru. Seringkali aku terharu dan ingin meneteskan air mata di hadapan murid-muridku. Karena setiap apa yang aku ajarkan, apa yang aku berikan, dan apa saja yang aku contohkan selalu berbuah manis. Contohnya saja, beberapa hari yang lalu aku membuat sebuah game klasikal secara spontan, aku mengambil bola lalu melemparkan dan harus ditangkap, ternyata dalam catatan harian mereka permainan itu sangat berbekas dan sangat disukai. Lalu keesokan harinya aku bingung ingin memberikan gema klasikal apalagi, dan mereka meminta untuk bermain game yang sama seperti kemarin (bagiku itu akan menimbulkan kebosanan untuk mereka), lalu secara spontan kuberikan sebuah permainan yang sebenarnya sangat tidak menarik tapi setelah kubaca di catatan harian mereka itu menjadi menarik karena semangat penyampaianku, ini sungguh hal yang mengharukan ketika aku membaca “terima kasih buya”, aku membayangkan wajah mereka mengucapkan itu. Lalu beberapa hari setelahnya, aku membuat sebuah yel-yel baru dalam bahasa arab untuk mereka. Ketika aku menuliskan yel-yel tersebut di papan tulis dan mencontohkannya, mereka kelihatan kurang semangat dan mengeluh kepanjangan, hingga akhirnya membuat aku sedikit kecewa dan kurang semangat (tapi karena sudah kutuliskan, maka aku tak ingin berputus asa). Setelah keesokan harinya, saat guru bahasa arab masuk dan memberikan klasikal , lalu bertanya kabar dalam bahasa arab, mereka secara serentak dan sangat bersemangat mengucapkan yel-yel yang baru diajarkan kemarin. Ini membuat bulu kudukku merinding dan benar-benar tak bisa ditahan membuat mataku berkaca-kaca, tambah lagi gurunya bertanya siapa yang mengajarkan dan mereka serentak menjawab dan menunjuk ke arahku “BUYA.....”

AKU ADALAH GURU


Mungkin bagi sebagian orang mengajar itu adalah pekerjaan yang paling sulit. Apalagi kalau katanya mengajar anak SD, paling susah lah, ribet lah, pokoknya ada aja alasan untuk kesulitan mengajar SD. Hm,, tapi kurasa mengajar itu pekerjaan yang menyenangkan.

Ok deh, sedikit kita lirik ke belakang mengenai pilihan mengajar. Kalau diteliti lebih mendasar, aku lebih memilih melakoni dunia seni daripada dunia nyata (eh, maksudnya dunia kerja lainnya). Karena sejak kecil aku sudah menggeluti dunia itu, mulai dari pernah menjadi salah satu anggota tari tradisional pesisir (Sikambang) di kotaku, mengikuti kegiatan ekskul nasyid, belajar vokal dengan adik ayah yang memang suaranya sudah dikenal seantero kota, sangat menyukai dunia kepenyairan (mengikuti lomba cipta puisi, walau gak pernah menang. Mengikuti lomba baca puisi, walau gak pernah juara satu), ikut belajar tilawah Al-Qur’an (alhamdulillah pernah mendapat juara dua tingkat sekolah, kemudian mengikuti MTQ tingkat kota dan mendapat juara satu). Sampai akhirnya ketika kelas dua Aliyah, seorang guru geografi yang kebetulan juga sebagai wali kelas adikku di salah satu SMP Negeri di kotaku memberikan saran agar kelak aku menjadi guru. APA??? (otakku keplinter kawat, wajahku kebalik 180 derajat).

Benar-benar perubahan yang memutar-balikkan cara berpikirku. Kurasa menjadi guru itu bukan sesuatu yang mudah, saat itu aku berpikir untuk menjadi guru bukanlah pekerjaan yang menjanjikan kemapanan, juga bukan profesi yang menjanjikan masa depan cemerlang, apa lagi ketenaran. Huffft...... benar-benar menyiksa batinku. Guru itu pekerjaan yang tidak seimbang, antara modal dengan keuntungan. Sebab untuk menjadi guru terlalu banyak tuntutan yang harus dipenuhi, mulai dari kemauan pemimpin di sekolah, kemauan anak murid yang berbeda-beda karakter, tambah lagi kemauan orang tua/wali murid yang maunya lebih parah dari kemauan pemimpin dan murid, bahkan melebihi kemauan kita sebagai seorang guru yang sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk kebutuhan mengajar. Pertimbangan seperti ini yang akhirnya membuatku sedikit depresi dan rasanya ingin berontak. Tapi, ini adalah skenario yang telah ditentukan oleh Sang Pembuat skenario sesungguhnya. Sebelum menamatkan studi di Aliyah, kedua orang tuaku justru sudah dipanggil-Nya. Kurasa ini adalah cara terbaik agar aku memilih jalan yang sudah ditentukan, tanpa harus membantah dan harus mengikuti alurnya.

***
Maka aku putuskan untuk memilih kuliah di bidang keguruan, untuk memilih ini pun aku sedikit memaksa untuk kuliah ke Medan. Walau dengan biaya seadanya dan uang pas-pasan, tapi aku selalu tanamkan apa yang pernah disampaikan kepala sekolah ketika apel pagi bahwa, “Allah telah menentukan rezeki setiap manusia seperti keran air. Semakin besar kebutuhan kita maka kerannya semakin dibesarkan sesuai dengan kebutuhan, jadi jangan pernah takut untuk berkebutuhan yang besar karena Allah pasti akan semakin memutar keran milik kita.”
Memilih jurusan yang terbaik di bidang ini pun selalu kurembukkan dengan keluarga, bertanya pada orang-orang yang sudah berpengalaman, sampai akhirnya aku memilih jurusan pendidikan matematika.

***
Sekarang setelah semua kujalani, semenjak kuliah sudah mencoba mengajar di SD untuk perbekalan selanjutnya. Alhamdulillah, setelah selesai kuliah langsung mengajar di sebuah sekolah yang memang bisa menutupi segala kebutuhanku. Baik materi maupun secara rohani.
Ternyata mengajar itu, terutama di SD tidak seburuk yang kupikirkan selama ini. Aku punya prinsip bahwa “setiap kebaikan yang kita lakukan pasti akan mendapat kebaikan pula, tapi tidak mengharapkan kebaikan itu selalu datang semau kita.”