Tiga Ninja FLP SUMUT

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh... Bersiaplah untuk menggoreskan pena, lalu merubah dunia untuk lebih baik

GELAS GELAS KACA

Selamat datang di Blog saya, semoga tulisan-tulisan ini dapat menambah wawasan untuk lebih mengetahui berbagai hal.

Keindahan Alam dan Jiwa

Alam dan jiwa kita adalah satu, keindahan alam akan terpancar melalui jiwa-jiwa penghuninya.

Meminta Maaf dan Memaafkan

Mengakui kesalahan lalu meminta maaf adalah suatu perbuatan yang mulia, tetapi alangkah lebih mulia lagi bagi orang yang mau memaafkan sebelum orang lain meminta maaf, sekalipun terhadap yang jauh lebih muda dari kita.

Salam Kenal dan Terima Kasih

Salam kenal dari saya, semoga bermanfaat. Terima Kasih Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Minggu, 29 April 2012

AKU HANYA INGIN MENGAGUMIMU


Oleh: Jaka Satria Pasaribu
Untuk Afgan Syahreza

/I/
Aku hanya ingin mengagumimu dengan sederhana
seperti kau menganggapku biasa
layaknya nada yang tercipta melalui suara cinta dari rahim jiwamu
selembut cerita yang selalu kau tuturkan lewat lagu.
Aku ingin sederhana, sesederhana kau mengartikan sebuah cinta
pada lekatnya lesung di pipimu saat senyum kau hadiahkan padaku
aku tak mampu mengartikan diri sebagai kau
jua tak sanggup merapalkan mantra penawar pilu untuk menahan rindu
aku hanya tak ingin kau sebut sebagai api yang terus menyala dalam gelombang ketenaran sesaat
lalu padam menyisakan debu yang terbang menjadi awan,
terus merapalkan doa “siapakah angin yang telah membawaku sampai ke arah pagi, lalu menjelma hujan?”
dan rindu itu terus berulang

/II/
Suaramu menjelma hujan yang selalu kunanti
berlari menyusup setiap celah lalu bernyanyi
aku tak ingin sakit lalu mati dalam gelombangnya
aku hanya ingin basah dengan lagu yang kau nyanyikan
kemudian kita berdua berdansa sampai tanah berubah cinta
“inilah tanah yang seharusnya kita bawa, kita lekatkan di jiwamu-jiwaku”
kakikita semakin lincah mengatur langkah mencari jejak rindu yang telah basah.

Suaramu kini berubah malam yang memaksaku untuk tetap tidur di hatimu
kau selalu mengintaiku dalam doa penghantar tidur
kemudian menjadi mimpi yang paling kutakuti
kuharus sadari, karena aku menyukaimu
aku bisa berdamai dengan rasa takutku

aku dan kau, kita
adalah perbedaan yang belum bisa berdamai dengan waktu
sampai ia menjadi entah

Medan. 2012


Senin, 02 April 2012

CITA CITAKU-CITA CITAKITA

Masih ingatkah waktu kita sering bertanya pada orang tua perihal apa saja yang kita lihat, rasakan dan inginkan. Ketika usia masih merangkak menuju remaja. Saat itu segala sesuatu kita jadikan keyakinan jika ia mampu menghipnotis selera, bahkan kita sering beranggapan bahwa setiap orang dewasa adalah orang yang paling benar. Hm, inilah masa dimana cara berpikir kita masih labil dan sangat mudah dibentuk. Kiranya bagi orang tua yang bijak, ia akan membimbing anaknya untuk menjadi apa yang ia inginkan.

Mungkin kita sudah lupa, saat usia masih beranjak balita. Orang tua sering membisikkan dan menyanyikan kita sebelum tidur lagu yang bernada doa. Semisal "jadilah anak yang berguna, rajin mengaji, taat pada agama juga negara". Ya, meskipun kita lupa tapi dalam bawah sadar kita, doa-doa tersebut sudah mendarah daging. "Menjadi anak yang berguna".

Nah, sekarang kita beranjak menuju usia Sekolah Dasar (SD). Pada usia ini kita sering dituntut untuk menjadi sesuatu. Bahkan tak jarang kita sering bermimpi menjadi tokoh idola kita pada waktu itu, sebut saja "Satria Baja Hitam, Barbie, Power Ranger, Angling Dharma, atau artis-artis yang sedang naik daun". Tapi ketika saya mencoba bertanya pada anak-anak usia SD dan bahkan (seingat) saya pun jika ditanya mengenai cita-cita, selalu menjawab "ingin menjadi orang sukses dan berguna".

Baiklah. Kita kelang beberapa usia, dan hadir pada usia kita saat ini. Sudah jadi apakah kita saat ini?
Mungkin Anda sudah menjadi seorang guru, polisi, karyawan, pengusaha dan lainnya. Pertanyaan selanjutnya. Atas permintaan siapa Anda menjalani profesi saat ini?
Oh, saya ralat. Sudahkah kita menjadi orang sukses dan berguna? kalau sudah, berguna buat orang lain atau diri sendiri kah?
Jawabannya, kitalah yang tahu.
Tujuan saya menuliskan ini adalah agar kita kembali ingat, bahwa kita hidup untuk orang lain. Kita hidup karena ada yang menghidupkan, yakni Sang Pencipta. Jadi, apapun pekerjaan kita saat ini, semoga dapat berguna bagi agama dan negara, dan orang banyak.